Jakarta – Ketegangan yang terjadi dalam perpolitikan Malaysia semakin memanas. Kali ini, pihak oposisi tetap bersikukuh untuk menarik dukungannya dari Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin saat PM itu meminta dukungan mereka.
Mengutip Reuters, dalam sebuah pidato, Minggu (15/8/2021), Muhyiddin mengakui untuk pertama kalinya bahwa ia tidak memiliki mayoritas dan mendesak anggota parlemen oposisi untuk mendukungnya dalam mosi percaya. Ia menyatakan hal ini penting dalam penanggulangan Covid-19 di negara itu.
Sebagai gantinya, Muhyiddin menjanjikan beberapa hal kepada oposisi. Ia berjanji untuk mengamandemen konstitusi untuk membatasi masa jabatan perdana menteri menjadi dua masa jabatan dalam waktu lima tahun.
Selain itu, ia juga berjanji untuk memperkenalkan undang-undang “anti-hopping” demi mencegah pejabat terpilih melompati partai penyokongnya. Serta ia juga memastikan usia pemilih minimum adalah langsung diturunkan menjadi 18 dari 21.
Hal ini ditolak oleh partai oposisi. Blok oposisi terbesar Pakatan Harapan menyebut bahwa Muhyiddin saat ini telah rapuh.
“Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Malaysia di mana seorang perdana menteri mengakui bahwa dia telah kehilangan dukungan mayoritas namun terus secara terbuka meminta dukungan oposisi,” kata aliansi itu.
Blok lainnya,Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mengecam tawaran Muhyiddin. Mereka menyebut hal itu sebagai bentuk penyuapan secara politik.
“UMNO tidak dapat mempertimbangkan semua tawaran dari seseorang yang tidak lagi memiliki legitimasi sebagai perdana menteri,” kata presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi dalam sebuah pernyataan.
Saat ini banyak pihak yang mengecam dan meminta Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin untuk mundur akibat manuvernya mengenai keadaan darurat nasional dan pembatasan pergerakan publik yang ia lakukan secara sepihak.
Bahkan, Raja Malaysia juga beberapa kali diketahui memberikan teguran kepada Muhyiddin soal keputusannya itu.