Jakarta – Pengusaha memiliki harapan besar di tengah HUT RI ke-76 ini yang masih dihadapkan pada pandemi dan proses pemulihan ekonomi saat ini. Bahkan, hal itu diartikan sebagai pertanda bahwa perjuangan Indonesia sebagai suatu bangsa tidak bisa berhenti pada pencapaian kemerdekaan 76 tahun yang lalu.
Koordinator Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan kemerdekaan kali ini harus dimaknai sebagai kemerdekaan untuk mengupayakan segala hal yang bisa dilakukan agar mewujudkan negara dan bangsa yang tidak hanya berdaulat secara politik, tetapi juga sejahtera dan kompetitif di tengah pasar global apapun kondisinya.
“Indonesia sudah memiliki trajectory pemulihan ekonomi dan pemulihan krisis pandemi yang baik setahun ini. Namun, perlu diakui bahwa pemulihan ekonomi Indonesia masih sangat fragile dan belum maksimal meski saat ini kita memiliki peluang untuk pulih lebih cepat dengan memanfaatkan normalisasi pasar global yang jauh lebih stabil dan lebih cepat daripada Indonesia,” katanya kepada Media, Minggu (15/8/2021).
Untuk itu, Shinta menyebut ke depannya Indonesia perlu lebih kompak dan bekerja lebih keras dalam meningkatkan vaksinasi dan menurunkan tren penyebaran pandemi sebagai krisis kesehatan sehingga kemerdekaan untuk melakukan kegiatan ekonomi tidak terus tersandera dan bisa segera kembali normal secepat mungkin.
Menurut Shinta, seluruh pihak perlu bekerjasama memperbaiki efisiensi iklim usaha dan investasi nasional secara terus menerus dibanding negara-negara kompetitor di kawasan melalui reformasi struktural dan reformasi birokrasi untuk menarik investasi global yang lebih deras ke Indonesia.
“Kita perlu lebih agresif lagi meningkatkan kinerja ekspor, khususnya dengan meningkatkan diversifikasi produk ekspor dan diversifikasi negara-negara tujuan ekspor ke partner dagang non-tradisional, dengan memanfaatkan program PEN, komunitas diaspora dan perwakilan Indonesia di luar negeri sebagau agen promosi produk ekspor Indonesia,” ujar Shinta.
Selain itu, Indonesia juga perlu menyadari bahwa dunia pasca pandemi tidak akan pernah bisa kembali sepenuhnya ke era sebelum pandemi.
Akselerasi teknologi tidak bisa diputar balik demikian pula dengan tuntutan perubahan perilaku untuk pencegahan perubahan iklim dan menciptakan inklusifitas ekonomi global.
Untuk itu, meski dengan segala keterbatasan, Indonesia juga perlu terus mendukung transformasi usaha agar lebih efisien, lebih inovatif dan lebih relevan terhadap permintaan pasar yang dinamis dengam menciptakan iklim usaha yang preferensial terhadap adopsi teknologi industri, R&D, dan transformasi skills set tenaga kerja Indonesia agar lebih siap merangkul era industri 4.0, digitalisasi ekonomi, bahkan carbon neutral economy.
“Tentu ini adalah pekerjaan rumah yang besar dan tidak bisa kita lakukan sendiri. Jadi kita perlu bergotong royong memanfaatkan semua yang kita punya untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, termasuk dengan memanfaatkan kerjasama negara lain. Bila hal-hal di atas bisa kita lakukan dengan dengan maksimal, pemulihan ekonomi penuh bisa terjadi pada tengah tahun depan atau lebih cepat lagi bila bisa diakselerasi penuh pada kuartal IV/2021 ini,” kata Shinta.
Tak hanya itu, kalangan usaha pun optimistis bila hal-hal diatas bisa dilakukan sebara konsisten, ekonomi nasional bisa lebih reslien, produktif, dan tumbuh lebih pesat pasca pandemi untuk mendorong Indonesia keluar dari middle income trap dan menjadi negara maju pada 2050 mendatang.