Jakarta – Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) merilis hasil survei terbaru ihwal bursa Pilpres 2024. Berbasis data pilihan pakar politik, duet kepala daerah dan tokoh partai politik (parpol), bisa menjadi duet maut di pesta demokrasi mendatang.
“Komposisi ideal Capres-Cawapres 2024 itu ya kepala daerah-partai politik, sebesar 26,3 persen,” ujar Direktur Eksekutif ASI, Ali Rif’an melalui keterangan tertulis.
Selain duet kepala daerah-tokoh parpol, Ali bilang, duet kepala daerah-akademisi teknokrat ada di angka 23,3 persen. Kemudian, partai politik-akademisi teknokrat 11,3 persen. Lalu, duet kepala daerah-pengusaha 9,8 persen. Selanjutnya, kepala daerah-tokoh agama 8,5 persen, partai politik-tokoh agama 7 persen, partai politik-kepala daerah 6,5 persen, kepala daerah-pengusaha 4 persen dan partai politik-militer 3,5 persen.
Tercatat, terdapat kepala daerah yang mendominasi posisi tiga besar dengan nilai tertinggi. Yaitu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan nilai 75,44. Kemudian, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 74,3. Lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 74,8.
Sementara, tokoh parpol tertinggi yakni Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno dengan 69,15. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 66.71. Kemudian, Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 61.88.
Penilaian ini merupakan rangkuman dari sembilan aspek yang wajib dimiliki seorang presiden. Yaitu, kemampuan kerja sama dengan DPR, kemampuan memenuhi janji, skill mengelola krisis, skill mengelola birokrasi, kemampuan mengambil keputusan yang tepat. Kemudian, skill komunikasi, karakter dan integritas, rekam jejak, visi dan intelektualitas.
Sementara, terkait latar belakang Presiden 2024, para pakar menilai klaster kepala daerah mendominasi opini mereka sebanyak 49,6 persen. Diikuti akademisi teknokrat 16,2 persen, partai politik 15,0 persen dan TNI (6,3 persen). “Usia ideal Presiden 2024 direntang 51-60 tahun. Usia ini dinilai paling ideal 49,4 persen,” katanya.
Survei ini dilaksanakan 2-10 Juli 2021 dengan melibatkan 130 pakar atau public opinion makers dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampling diambil tidak secara acak dan sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan.