Jakarta – Legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat mundur dari jabatan staf ahli pembinaan dan prestasi (Binpres) PP PBSI.
Taufik Hidayat sebelumnya mendapat kesempatan untuk ambil bagian dari kepengurusan PP PBSI era kepemimpinan Agung Firman Sampurna.
Taufik Hidayat dipercaya menjadi staf ahli Binpres (Pembinaan dan Pretasi) PP PBSI periode 2020-2024.
Jabatan tersebut sangat penting bagi perkembangan bulu tangkis Indonesia.
Salah satu tugas staf ahli Binpres adalah memilih pemain dan pelatih untuk pelatnas Cipayung.
Taufik pun semula menerima tawaran menjadi staf ahli Binpres karena ingin berperan aktif untuk memajukan bulu tangkis Indonesia.
Akan tetapi, dalam pengakuan Taufik, dia ternyata tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting. Misalnya saat proses promosi-degradasi pemain di pelatnas Cipayung, Taufik mengaku tidak dilibatkan.
Begitu juga ketika pemilihan para pelatih untuk ditempatkan di bawah candradimuka pembinaan pebulu tangkis nasional.
“Sebagai staf ahli Binpres tidak pernah diajak rapat, bahkan tidak dimintai masukan saat penentuan atlet maupun pelatih,” ujar Taufik.
Ia merasa dirinya hanya sebagai pajangan semata di organisasi induk bulu tangkis Indonesia tersebut.
“Kalau cuma jadi pajangan buat apa? Mending di luar (PBSI)” tutur peraih medali emas Olimpiade tersebut.
Sejumlah alasan tersebut membuat Taufik Hidayat mundur dari jabatannya di PBSI. Ia merasa situasi membuat dirinya tak bisa memberi andil sesuai kapasitas dan keahliannya.
“Sebagai staf ahli Binpres, minimal ditanya masukan dan pendapatnya. Diterima atau tidak soal usulan, itu tergantung dari hasil keputusan,” tuturnya.
Taufik pun memberikan tanggapan mengenai kepindahan atlet dari klub satu ke klub lainny.
“Kalau atlet mau pindah ya silakan saja, jika dia bisa lebih berprestasi lagi. Yang penting mereka pindah itu harus bahagia dan berprestasi lagi. Jangan cuma perkara dia emosi, dia marah terus pindah,” kata Taufik Hidayat dalam bincang-bincang dengan pewarta di kawasan Senayan, Kamis (14/4/2022).
Peraih medali emas Olimpiade 2004 Athena ini sekaligus menjelaskan terkait pembiayaan jika atletnya ingin pindah ke klub lain.
“Ya ada transfernya karena kalau PBSI pusat kan ada aturannya jadi ranking 1-5 berapa, 5-10 berapa. Kalau tidak salah, Fajar (Alfian) kalau mau pindah itu di peraturan (bayar) Rp2 Miliar, karena ranking 7 kalau naik lagi ya jumlahnya naik lagi,” katanya.
“Wah banyak banget, uang segitu bisa buat cari atlet lagi. Tapi tergantung lah kan setiap orang pemikirannya lain-lain ada yang memikirkan dirinya saja, ada yang memikirkan kawan-kawannya, ada yang memikirkan juniornya, bebas.”
“Tapi kalau pun atletnya mau pindah ya tidak apa-apa, sesuai aturan saja maksudnya bicara baik-baik saja. Kalau mereka nyaman ya tidak apa-apa,” ujar dia.
“Kadang di klub juga kan ada yang mau pindah, dilihat dulu yakin mau pindah, asal baik-baik saja jangan nyolot di awal ya kita bisa nyolot juga, kalau baik ya kita bisa lebih baik,” Taufik Hidayat mempertegas.