Friday, October 4, 2024
HomeOpiniOlimpiade Cerminan Kedisiplinan

Olimpiade Cerminan Kedisiplinan

Perhelatan akbar Olimpiade Tokyo merupakan sesuatu yang sangat dinanti oleh masyarakat dunia pada umumnya. Pasalnya, Olimpiade musim panas yang digelar 23 Juli hingga 8 Agustus 2021 tersebut adalah sebuah event ”pertaruhan” (baca: bukan perjudian), karena diselenggarakan dalam situasi pandemi Covid-19 yang masih memuncak.

Perhelatan yang diikuti 204 negara dan 11.090 atlet tersebut seolah merupakan sesuatu yang ”aneh” pada saat beberapa negara sedang gencar-gencarnya melaksanakan lockdown. Bahkan ada yang sinis menganggapnya sebagai sebuah pesta besar di tengah keprihatinan dunia.

Olimpiade bertema ”United by Emotion” tersebut yang semestinya digelar pada 2020 diundur ke tahun 2021 karena alasan pandemi. Pada awal 2021 pun masih terjadi situasi dilematis berkaitan dengan masih melonjakanya kasus Covid-19 di Negeri Sakura tersebut.

Dari dalam negeri banyak penolakan dari warga Jepang dan juga sebagian politisi. Mereka harus menunggu perkembangan situasi pada akhir Maret 2021.

Di tengah ”gempuran” sebagian warga yang masih menolak, pada awal Juni Jepang memastikan bahwa Olimpiade tetap berlangsung setelah ditunda tepat setahun. Seratus hari jelang pelaksanaan Olimpiade menjadi masa yang sangat penting bagi Jepang untuk mempromosikan segala sesuatunya.

Setahun penundaan, ternyata bukan masa tunggu pasif bagi tuan rumah, tetapi digunakan sebagai sebuah tahap preparasi dan adaptasi agar penyelenggaraan Olimpiade sukses berlangsung.

Olimpiade yang aman dalam penyelenggaraannya serta memiliki arti penting untuk terus menggaungkan semangat sportivitas, keunggulan, pemberdayaan, dan pesan-pesan kemanusiaan melalui event besar olahraga.

Kerja keras dan kerja cerdas tuan rumah tersebut mampu meyakinkan ratusan negara untuk memastikan hadir dengan mengirim duta olahraga dan segenap ofisial ke Tokyo pada 23 hingga 8 Agustus 2021.

Setahun penundaan, ternyata bukan masa tunggu pasif bagi tuan rumah, tetapi digunakan sebagai sebuah tahap preparasi dan adaptasi agar penyelenggaraan Olimpiade sukses berlangsung.

Olimpiade yang aman dalam penyelenggaraannya serta memiliki arti penting untuk terus menggaungkan semangat sportivitas, keunggulan, pemberdayaan, dan pesan-pesan kemanusiaan melalui event besar olahraga.

Semua pihak tentu berharap bahwa Olimpiade yang diselenggarakan dengan basis protokol kesehatan superketat tersebut akan menorehkan nilai sejarah penting.

Cara pandang optimistis digunakan untuk mencari secercah cahaya terang mendapatkan ”pelajaran sukses” dalam penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas yang juga diikuti oleh setidaknya 29 atlet pengungsi (refugee) yang karena alasan tertentu mereka tidak bisa mewakili atas nama negaranya.

Setidaknya refugee tersebut berasal dari 11 negara yang sedang mengalami konflik dan juga karena ada negara yang mendapat ”kartu merah” dari International Olympic Committee (IOC) karena melakukan pelanggaran berat, hingga ”di-black list” tak bisa ikut di Olimpiade.

Pisau analisis untuk menemukan sumber-sumber pelajaran sukses penyelenggaraan multievent olahraga yang telah lazim adalah dengan basis analisis tri sukses. Kesuksesan diukur dari sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, dan sukses ekonomi.

Pertama, dari kacamata kesuksesan penyelenggaraan terdapat beberapa parameter penting, yakni terutama ketuntasan, keamanan, dan keselamatan bersama.

Olimpiade sukses jika terselenggara secara tuntas, progresif dan komprehensif sejak pembukaan hingga penutupan. Hal tersebut menunjukkan tidak ada kendala berarti dalam pelaksanaan.

Parameter keamanan dan keselamatan menjadi rujukan baku. Keamanan berkaitan dengan keamanan secara umum maupun spesifik.

Keamanan umum berkaitan dengan keberlangsungan kondisi makro tanpa ada ”gangguan” berarti baik dari ancaman bahaya secara internal maupun eksternal.

Keamanan spesifik berkaitan dengan keamanan di 33 cabang olahraga (cabor) dan 309 nomor yang dipertandingkan/diperlombakan. Standar keamanan dituntut sangat spesifik sesuai karakteristik masing-masing cabor/nomor.

Keselamatan secara umum berkaitan dengan kesuksesan penyelenggaraan yang menghadirkan setidaknya 11.090 orang atlet tersebut agar tidak mengarah pada sebutan ”klaster Olimpiade”.

Kendati segala sesuatunya telah didesain dengan protokol kesehatan ketat, termasuk wajib vaksinasi lengkap, peluang untuk terjadi kontak dan kontaminasi yang mengarah pada ”konfirmasi baru” tetap menjadi sesuatu yang menghantui.

Di balik kekhawatiran tersebut, Olimpiade Tokyo diharapkan menghasilkan model baru perhelatan standar New Normal multievent olahraga, dengan mengacu pada deskripsi tingkat keselamatan berbasis pada cabor/nomor. Beda cabor/nomor memiliki konsekwensi yang berbeda.

Artinya, tanpa bermaksud menganggap duta atlet sebagai ”kelinci percobaan”, Olimpiade Tokyo berperan sebagai ”laboratorium” uji kalibrasi keselamatan olahraga.

Kedua, parameter prestasi menjadi urusan penting karena memang Olimpiade itu merupakan ajang bertemunya para atlet seluruh dunia untuk berpacu dalam ber-citius (lebih cepat), ber-altius (lebih tinggi), dan ber-fortius (lebih kuat).

Mereka harus menunjukkan performa terbaiknya untuk bersaing dengan dirinya dan juga dengan para rivalnya.

Performa terbaiknya diakui dengan penganugerahan medali yang dalam Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) inagurasi dalam standar penghormatan yang tertinggi, yakni bendera kebangsaan naik setiang penuh dan diiringi alunan lagu kebangsaan. Bagaimana dengan atlet pengungsi yang hadir di Olimpiade Tokyo?

Prestasi yang diraih adalah sebuah pesan moral bahwa yang namanya kebanggaan prestasi itu ditorehkan untuk pengangkatan harkat dan martabat.

Harkat dan martabat secara perorangan, tim, dan juga bangsa dan negara. Pesan moral yang akan disampaikan adalah bahwa menghentkan konflik internal di suatu negara itu keharusan dan diupayakan oleh semua pihak.

Perdamaian adalah sebuah kebutuhan penting dan mutlak yang harus tercipta di muka bumi. Ketiga, sukses ekonomi menjadi persoalan seksi bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia selama masa pandemi Covid-19, berdampingan dengan kesadaran kolektif tentang kebutuhan kesehatan.

Olahraga merupakan sebuah bidang yang mentransformasikan dan mengintegrasikan urusan kesehatan dan ekonomi. Olahraga adalah gaya hidup sehat yang selalu mengampanyekan kesehatan jiwa, raga, dan sosial sepanjang hayat.

Betapa keselamatan dan kesuksesan itu sesuatu yang direncanakan dengan dasar kedisiplinan.

BERITA LAIN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments