Lebak – Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi kampung Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Kunjungan Mensos pada Jumat (21/1/2022) pagi, untuk mengetahui dari dekat proses pembangunan rumah bantuan Kemensos.
Untuk menjangkau lokasi, Mensos harus melalui jalan berliku meniti pinggang pegunungan Kendeng. Kendaraan rombongan beberapa kali harus bergerak lambat karena jalan berliku dan curam.
Perjalanan dengan kendaraan berhenti di terminal terakhir dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Dengan penuh kehati-hatian, Mensos dan rombongan sampai di lokasi perumahan masyarakat Baduy luar.
Tiba di lokasi Mensos menyaksikan langsung aktivitas warga suku Baduy yang sedang membangun rumah dengan dana bantuan Kemensos. Bantuan pembangunan rumah diberikan pasca insiden kebakaran yang melanda pemukiman mereka Oktober 2021 lalu.
“Bagaimana ada kendala? Berapa lama dibutuhkan waktu untuk membangun rumah seperti ini?” kata Mensos.
Dari Mursid, tokoh Baduy dalam, Mensos mendapatkan penjelasan untuk aktivitas pembangunan rumah diatur berdasarkan waktu tertentu tidak bisa setiap saat. Saat ini proses pembangunan sudah meliputi 18 unit rumah.
Untuk keperluan tersebut, total Kemensos mengucurkan bantuan sebesar Rp1.001.000.000.
Rincian bantuan untuk pembangunan 24 rumah (@Rp35 juta) senilai Rp840 juta. Bantuan jaminan hidup selama 3 bulan x 500 ribu total sebesar Rp36 juta dan bantuan stimulan perekonomian Rp25 juta x 5 kelompok sebesar Rp125 juta.
Sebagai bentuk kehormatan, Mensos menerima pengalungan tenun karya warga Baduy. Dalam kesempatan tersebut, Mensos berbincang tentang berbagai hal dengan para tokoh Baduy. Misalnya sejauh mana adat mengizinkan peternakan ayam, lele, dan pengembangan life skill seperti menjahit.
“Kalau beternak ayam atau ikan lele boleh ngga?” kata Mensos. Kepala Desa Kanekes Jaro Saija menyatakan bahwa hal tersebut tidak dibenarkan dalam aturan adat. Bisa saja warga setempat menerima bantuan hewan ternak namun untuk dibiarkan hidup bebas, tidak bisa dipelihara dalam sistem peternakan.
Mensos juga bertanya kemungkinan diberikan bantuan keterampilan menjahit bagi kaum ibu suku Baduy. Kembali Jaro kembali menyatakan, bisa saja dilakukan namun tidak bisa menempati lokasi di mana mereka tinggal.
“Bisa menjahit tapi tidak di sini Bu. Bisa di bawah Bu (di Saung Kreatif Baduy, lokasi untuk umum di bawah/sisi luar kampung Baduy),” ujar Jaro.
“Oh bisa ya. Kalau gitu nanti saya akan taruh mesin jahit di bawah ya. Ibu-ibu di sini bisa belajar menjahit,” kata Mensos. Selanjutnya ia lebih banyak mendengarkan aspirasi dan pendapat dari warga Baduy.
Kepada Mensos, Jaro mengungkapkan keinginan warga untuk dapat memperbaiki akses pejalan kaki dari Saung Kreatif menuju kampung Baduy. Inilah jalan setapak yang dilalui Mensos dan rombongan. Kondisinya masih berupa tanah dan licin karena hujan.
“Kami perlu pengerasan jalan Bu. Supaya lebih nyaman untuk dilewati,” tambahnya.
“Berapa biayanya? Berapa meter itu panjangnya? Saya kasih sekarang bisa ya uangnya,” kata Mensos. Bersamaan dengan itu, Mensos menyerahkan uang tunai Rp100 juta.
Para tokoh Baduy seperti Jaro dan Mursid menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mensos atas bantuan yang telah diberikan.
“Terima kasih atas bantuan ibu. Sudah jauh-jauh datang dari Jakarta ke kampung Baduy. Juga datang untuk memberikan bantuan,” pungkasnya.