Jakarta – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memicu kenaikan harga energi serta berpotensi memicu inflasi. Selain problem makro tersebut, ternyata bagi industri roda dua, perang tersebut menyisakan kekhawatiran kelangkaan subkomponen.
Perang kedua negara tetangga yang bersitegang sejak lama itupun mulai memberikan imbas terhadap dunia industri. Pasalnya, peperangan yang berlarut hingga sekarang tersebut telah memicu kenaikan harga minyak mentah maupun gas.
Alhasil, produksi industri hulu pun terkena dampak yang lantas menjalar ke semua industri. Hal inipun memberikan imbas negatif terhadap industri roda dua di dalam negeri.
Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala menyampaikan imbas perang Rusia-Ukraina ternyata menghambat aliran pasokan subkomponen. “Meskipun Ukraina tidak memproduksi komponen otomotif, namun negara tersebut memasok bahan untuk pembuatan komponen,” katanya dalam keterangan pers beberapa waktu lalu.
Sigit menjelaskan nyaris hampir seluruh komponen industri roda dua di Tanah Air telah mampu menggunakan produk lokal. Hal itu tercermin dari tingkat kandungan lokal yang hampir menyentuh 100 persen.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan teknologi kendaraan bermotor yang hampir seluruhnya menggunakan teknologi elektrik yang meningkat, penggunaan chip semikonduktor pun sudah lazim. “Komponen inilah yang akan terganggu pasokannya, Ukraina mengekspor bahan baku pembuatan subkomponen tersebut,” tambah Sigit.
Di lain sisi, walaupun tidak secara langsung menghantam laju produksi, pengaruh perang Rusia-Ukraina itupun telah memacu industri roda dua di dalam negeri memasang langkah mitigasi. Terlebih lagi, Sigit menjamin rantai pasok selama tiga bulan ke depan masih cukup aman.
“Dari industri roda dua dalam negeri memang telah mencari alternatif pasokan, sejauh ini masih cukup aman, karena manajemen rantai pasok itu kan periodik selama tiga bulanan,” simpul Sigit.
Dampak lain yang mulai dikhawatirkan adalah dari sisi makro. “Bisa jadi ini akan memicu inflasi yang akan berpengaruh terhadap daya beli,” kata Sigit.
Sebagai informasi, penjualan sepeda motor nasional pada awal tahun 2022 dimulai dengan tren positif dengan penjualan sebanyak 443,890 unit. Di mana mengalami kenaikan year on year (yoy) sebanyak 12 persen dibandingkan Januari 2021 dengan penjualan sebanyak 394.733 unit motor.
Berdasarkan data AISI, penjualan sepeda motor bulan Januari 2022 ini mengalami peningkatan 14 persen year to date (ytd) dibandingkan bulan Desember 2021. Pada bulan lalu penjualan berada di level 387.797 unit. menjadi 970.000. Jumlah tersebut akan menjadi yang tertinggi sejak ekspor perdana roda dua dari Indonesia. Sebelumnya, volume ekspor mengalami puncak pada 2019, atau sebanyak 810.433 unit.