Jakarta – Sederet nama ilmuwan asal Indonesia diabadikan menjadi nama asteroid. Tercatat 6 nama astronom yang digunakan dalam temuan asteroid.
Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) membeberkan keenam nama astronom yang namanya diabadikan menjadi asteroid.
“Berdasarkan Working Group for Small Body Nomenclature (WGSBN) di IAU, ada 6 nama astronom Indonesia yang mengangkasa. Lebih banyak orang mengetahui 5 nama yang terbaru, padahal sudah ada 1 nama yang ditetapkan sebelumnya,” ujar Observatorium Bosscha lewat postingan Instagramnya.
Asteroid merupakan benda astronomis yang mengelilingi Matahari, atau juga biasa disebut planet minor atau planetoid.
Asteroid memiliki ukuran yang lebih kecil dari Planet, tetapi lebih besar daripada meteorid. Umumnya asteroid berada di bagian dalam tata surya. Namun demikian asteroid berbeda dengan komet karena tidak memiliki ekor atau koma.
Berikut nama-nama astronom tersebut:
Asteroid 5408 Thé
Diambil dari nama Thé Pik Sin, yang pernah menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha dari 1959-1968. Nama Thé itu diberikan sebagai bentuk penghargaan pada Thé Pik Sin pada ulang tahunnya yang ke-65.
Asteroid itu ditemukan oleh penemu dua astronom yakni CJ van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld, pasangan astronom dari Universitas Leiden Belanda dan T Gehrels, Observatorium Palomar.
12176 Hidayat
Ditemukan pada 16 Oktober 1977 oleh C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld pada pelat Palomar Schmidt yang diambil oleh T. Gehrels.
Nama 12176 Hidayat diambil dari nama Bambang Hidayat yang merupakan promotor aktif astronomi di Indonesia. Ia dikenal karena karyanya tentang biner visual dan bintang garis emisi H. Bambang juga sempat menjadi direktur Observatorium Bosscha di Lembang selama 1968-1999 dan wakil presiden di Persatuan Astronom Internasional (IAU) selama 1994-2000.
12177 Raharto
Asteroid 12177 Raharto pertama ditemukan pada 16 Oktober 1977 oleh C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld pada pelat Palomar Schmidt yang diambil oleh T. Gehrels.
Nama Raharto pada asteroid itu diambil dari nama Astronom Indonesia Moedji Raharto.
Ia adalah dosen senior di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan menjadi direktur Observatorium Bosscha di Lembang selama 2000-2003. Dia adalah pakar struktur Galaksi, berdasarkan katalog Sumber Hipparcos dan IRAS-Point.
12178 Dhani
Nama 12178 Dhani diambil dari Astronom dan fisikawan Matahari (Solar physics) asal Indonesia, Herdiwijaya Dhani.
Ia adalah direktur Observatorium Bosscha di Lembang selama 2004-2005. Herdiwijaya dikenal karena karyanya tentang binari, aktivitas magnet matahari dan pengaruhnya terhadap cuaca dan iklim.
Asteroid itu Ditemukan pada 16 Oktober 1977 oleh C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld pada pelat Palomar Schmidt yang diambil oleh T. Gehrels.
12179 Taufiq
Asteroid 12179 Taufiq ditemukan pada 16 Oktober 1977 oleh C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld pada pelat Palomar Schmidt yang diambil oleh T. Gehrels.
Nama Taufiq diambil dari astronom Indonesia Taufiq Hidayat. Ia seorang profesor di Institut Teknologi Bandung, dan menjadi direktur Observatorium Bosscha di Lembang selama 2006-2009.
Taufiq dikenal karena bekerja di system tata surya dan transit ekstrasurya, ia secara aktif memerangi efek buruk urbanisasi di sekitar observatorium.
12937 Premadi
Asteroid 12937 Premadi ditemukan pada 24 September 1960 oleh C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld pada pelat Palomar Schmidt yang diambil oleh T. Gehrels.
Premana W. Premadi yang lahir pada 1964 adalah astronom di Observatorium ITB Bosscha, dan merupakan pakar kosmologi dan guru astrofisika teoretis.
Sejak tahun 2005, ia menjadi anggota Tim Internasional Universe Awareness (UNAWE). Ia juga merupakan pendiri dan menjabat jadi ketua UNAWE Indonesia pada 2007 hingga 2013.