Jakarta – Fenomena Close Friend ‘cepu’ atau penyebaran unggahan pribadi oleh seseorang yang dipercaya sebagai teman dekat di media sosial ramai menjadi perbincangan.
Yang terbaru yakni soal unggahan pribadi milik aktris dan mantan personel JKT48, Adhisty Zara yang tersebar di jagat maya. Padahal, dalam unggahan yang tersebar itu terdapat simbol kotak hijau berbintang, penanda hanya dibagikan dalam sirkel Close Friend-nya saja.
Namun, di luar kasus ini, curahan Larissa Chou soal perceraiannya dengan Alvin Faiz yang dibagikan di fitur Close Friend juga sempat tersebar di beberapa akun gosip. Begitu juga dengan curahan Prilly Latuconsina tentang karyawannya pada November 2020 lalu.
Close Friend merupakan fitur dalam platform Instagram, di mana pengguna dapat memilih siapa saja yang mereka percayai atau anggap sebagai teman dekatnya.
Sementara cepu adalah istilah untuk orang-orang yang membocorkan atau tidak bisa menjaga rahasia.
Dari fenomena Close Friend cepu ini, lantas apa yang bisa dipelajari?
Psikolog klinis Kasandra Putranto mengatakan pada dasarnya setiap individu memiliki profil psikologi yang khas meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, bahkan spiritual.
Dari profil tersebut juga muncul karakter dan sikap dalam menjalani kehidupan.
“Akan selalu ada individu-individu yang memiliki masalah tertentu, antara lain tidak bisa menjaga rahasia, ingin memanfaatkan, ingin menyakiti orang lain atau bahkan mengkhianati teman,” kata Kasandra melalui rilis pada Rabu, (4/8/2021).
Sementara, psikolog klinis Nuzulia Rahma Tristinarum melihat fenomena Close Friend cepu belum tentu sebagai sebuah pengkhianatan.
“Kita enggak bisa pukul rata. Bisa saja teman atau sahabat kita itu justru sangat empati pada kita dan ingin mengungkap kebenaran, ingin membela. Namun caranya yang salah. Jadi, tidak selalu pengkhianatan,” kata psikolog yang disapa Rahma itu.
Dia menambahkan, bahwa ada pula yang memang sengaja mengungkap keburukan atau aib karena beberapa alasan.
“Bisa jadi karena iri, bisa jadi karena pernah memendam kesal sebelumnya atau bisa jadi hanya karena teman tersebut tidak suka dengan perbuatan pelaku yang melanggar etika tapi salah dalam cara menegur atau tidak tahu bagaimana memberi peringatan dan nasehat yang baik,” katanya.
Masuk ke dalam Close Friend merupakan salah satu kepercayaan yang diberikan seseorang. Untuk itu Kasandra mengingatkan bahwa etika yang baik ketika masuk ke dalam Close Friend adalah menjaga kepercayaan tersebut.
“Seharusnya tentu bisa menjaga diri dari berbagai perilaku yang merugikan teman,” katanya sembari menambahkan, “Masalahnya kan bagaimana seseorang bisa meyakinkan bahwa teman yang dimasukkan dalam lingkaran Close Friend, memang benar-benar close friend dan bukan harapan sepihaknya.”
Kasandra juga menyarankan agar tidak memiliki Close Friend cepu, pastikan memilih teman yang memang sudah dikenal lama juga dengan perangainya.
“Pastikan untuk tidak memberikan informasi yang sensitif dan rahasia, apalagi di media sosial,” ujar Kasandra.
Sementara, Rahma mengatakan wajar ketika seseorang sedang ada tekanan perasaan dan pikiran lalu ingin mencari tempat untuk menuangkan apa yang selama ini menyesakkan dada.
Namun, dia mengingatkan bahwa yang perlu dipertimbangkan baik baik adalah “tempat” untuk berbagi tersebut.
“Usahakan tempat kita berbagi adalah orang yang tepat atau melalui media yang tepat sehingga tidak menjadi masalah yang berkepanjangan,” kata Rahma.
Pasalnya, menurut dia tidak semua teman yang asyik diajak ngobrol dan hang-out adalah orang yang juga bisa dipercaya menyimpan rahasia.
“Jadi perlu diseleksi baik-baik,” kata Rahma.
“Usahakan sejak awal kita perhatikan teman-teman kita tersebut. Bagaimana karakternya, tidak hanya saat dekat kita tapi saat berteman dengan yang lain. Kalau perlu, sebelum bercerita. Tegaskan bahwa apa yang kita sampaikan itu rahasia dan tidak boleh dibagi pada yang lain lagi,” ujarnya lebih lanjut.
Keduanya sepakat untuk berhati-hati dalam membagikan informasi ke media sosial, bahkan kalau perlu tidak membagikan apapun ke media sosial.
“Jangan bagikan apapun ke media sosial,” ujar Kasandra.
“Pilih-pilih apa yang perlu di-post di media sosial dan apa yang tidak perlu. Sebaiknya pilih tempat menuangkan yang lebih aman, misalnya handphone pribadi, buku diary, bercerita langsung tidak dalam bentuk catatan atau pergi ke profesional,” tambah Rahma.