Niat luhur mengisi kemerdekaan dengan pendidikan tak cukup dengan sekolah dan lembaga pendidikan formal semata. Anies pun merasa perlu mengajak semua orang terlibat. Gerakan Indonesia Mengajar yang dirintisnya mengantarkan Anies Rasyid Baswedan ke panggung politik.
KELUARGA
Istri : Fery Farhati Ganis, S.Psi, M.Sc
Anak : Mikail Azizi, Mutiara Annisa, Kaisar Hakam & Ismail Hakim
Dengan gagasan mendirikan Indonesia Mengajar, Anies ingin bangsa Indonesia diisi oleh manusia-manusia yang mempunyai kepribadian dan budaya yang unggul untuk memajukan dan mensejahterakan Indonesia. Itulah alasan mengapa Anies terjun ke politik praktis dengan menjadi menteri dan gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah. Kedua orang tuanya adalah pendidik. Anies lahir dari keluarga terpelajar. Bapaknya Rasyid Baswedan pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia dan ibunya Aliyah adalah guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta.
Pada usia 5 tahun, Anies didaftarkan orang tuanya di taman kanak-kanak Masjid Syuhada, Yogyakarta. Setelah tamat, ia meneruskan di SD Laboratori, SMP Negeri 5, dan SMA Negeri 2. Semuanya di Kota Yogyakarta.
Di tengah-tengah menempuh pendidikan di SMA, ia mendapatkan beasiswa untuk mengenyam pendidikan satu tahun di Amerika. Akibatnya, kelulusannya di SMA Yogyakarta molor setahun. Dia baru lulus pada tahun 1989, seharusnya tahun 1988.
Setelah menyelesaikan SMA, dia masuk ke Fakultas Ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Dia menyandang gelar sarjana ekonomi pada usia 26 tahun. Lulus dari sini, Anies langsung aktif di lembagai kajian ekonomi di almamaternya di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM.
Lagi-lagi Anies mendapatkan beasiswa untuk magister dan doktornya. Dia menempuh pendidikan S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat dan S3-nya di Northern Illinois University, Department of Political Science, Dekalb, Illinois, Amerika Serikat.
Dunia sekolah Anies, terbilang istimewa. Dia beberapa kali mendapatkan beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Tidak hanya istimewa di pendidikan, tetapi di dunia aktivis pun Anies memiliki kisah menakjubkan sejak anak-anak.
Saat di SMA dia menjadi wakil ketua OSIS, dan pada usia 16 tahun itu, Anies juga terpilih menjadi ketua OSIS se-Indonesia saat mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 ketua OSIS. Di perguruan tinggi, ia sama aktifnya. Jabatan Ketua Senat UGM, pada tahun 1992, dia dudukinya.
Namanya mulai menasional setelah menyandang gelar doktor di Amerika dan kembali ke Indonesia. Dia langsung mengemban tugas menjadi Direktur Riset The Indonesian Institute. Ini adalah sebuah organisasi yang berfokus pada riset dan analisa kebijakan publik.
Kariernya berlanjut, saat dia terpilih sebagai rektor Universitas Paramadhina sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun. Janjinya ingin menuntaskan dan mengisi kemerdekaan Indonesia melalui pendidikan dia gelorakan dengan berbagai kegiatan.
Dia mewujudkanya Gerakan Indonesia mengajar. Kegiatannya, mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa menjadi pengajar di Sekolah Dasar di daerah-daerah terpencil di pelosok Indonesia. Tidak hanya itu yang dilakukan Anies, dia juga menginisiasi kelas inspirasi dengan menggerakkan ribuan orang di berbagai kota untuk mengorganisir dan mengajar selama satu hari di Sekolah Dasar. Bahkan untuk menuntaskan janji kemerdekaan ini, dia mencoba terjun ke dunia politik dengan menjadi peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat.
Masuk ke Politik Lewat Konvensi
Tak puas berkarir di bidang pendidikan, Anies mulai masuk ke dunia politik. Tahap pertama upayanya terjun ke dunia politik adalah dengan mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.
Anies menerima undangan dari partai besutan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono itu bersama 11 orang lainnya pada Agustus 2013.
Anies pun memulai rangkaian konvensi dengan melakukan kampanye ke berbagai daerah. Dia juga membentuk sebuah komunitas relawan bernama “turun tangan” untuk memuluskan langkahnya dalam konvensi.
Kandidat lain juga melakukan hal yang sama. Saat itu para pesaing Anies yakni Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Harry Sarundajang.
Namun, sayangnya, konvensi ini tak berlanjut sampai kontestasi pemilihan presiden 2014 gara-gara suara Partai Demokrat merosot drastis setelah dihantam kasus korupsi sejumlah kadernya.
Hasilnya tidak gemilang, namun bukan halangan bagi Anies Baswedan untuk menuntaskan janji kemerdekaan. Dia bergerak dengan Menginisiasi Gerakan Turun Tangan. Dia mengajak semua orang terlibat mengurus negeri dengan menginisiasi Gerakan Turun Tangan membantu dan mendorong calon pemimpin muda berpotensi dan bersih.
Karier politiknya mulai terlihat saat dia terlibat turun tangan membantu pasangan capres Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut. Pasca Pilpres, dia menjadi bagian tim transisi presiden terpilih. Cita-citanya tentang pendidikan mulai terwujud saat dia dipilih Jokowi menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Kerja 2014-2019.
Jadi Menteri dan Kena Reshuffle
Pelan tapi pasti, nama Anies mulai dikenal publik setelah mengikuti konvensi itu.
Hal ini langsung dilirik oleh pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang sudah mendapatkan dukungan sejumlah partai untuk maju dalam Pilpres 2014.
Jokowi langsung merekrut Anies untuk masuk dalam tim suksesnya. Tak tanggung-tanggung, Anies ditunjuk sebagai juru bicara paslon Joko Widodo – Jusuf Kalla pada Pilpres 2014.
Posisi strategis itu semakin membuat nama Anies kian berkibar. Anies pun lebih dikenal luas, apalagi selalu bersama Jokowi dalam setiap aktivitas kampanye di berbagai daerah.
Jokowi-JK akhirnya memenangi Pilpres 2014. Anies lalu dipercaya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikbud) dalam Kabinet Kerja 2014-2019.
Namun, jabatan menteri tak bertahan lama. Anies harus terpental dari kabinet karena terkena reshuffle pada Juli 2016.
Tak jadi menteri, Anies diminta Prabowo Subianto untuk maju bersama Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Hasilnya kemenangan. Pada 16 Oktober 2017, ia bersama Sandiaga Uno dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2020.
Panggung Pilkada 2017
Dua kali karir politiknya tak berujung mulus. Pertama dalam konvensi dan kedua saat menjadi Menteri Pendidikan.
Setelah keluar dari kabinet, Anies sementara waktu tak masuk hingar bingar perpolitikan tanah air.
Namun, tak butuh waktu lama baginya untuk kembali menjadi sorotan.
Tanpa disangka, Anies memutuskan maju dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Meskipun saat itu dia tak memiliki partai, elektabilitas Anies menjanjikan.
Namanya dilirik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra, dua partai yang sebelumnya berseberangan dengan Anies saat Pilpres 2014.
Di dalam politik, tak ada musuh yang abadi dan tak ada kawan yang kekal.
Dua partai itu pun sepakat mengusung Anies bersama Sandiaga Uno untuk bisa mengalahkan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Mendapatkan nomor urut 3 dalam Pilkada DKI, Anies berhasil menang dari pasangan Ahok-Djarot di putaran kedua.
Sementara pada putaran pertama, satu pasangan tersingkir karena mendapat suara lebih rendah dibanding Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, yakni pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Silvyana Murni.
Pilkada DKI Jakarta 2017 termasuk pilkada yang dramatis karena salah satu calon yakni Ahok berakhir di penjara karena tersandung kasus penistaan agama.
Di tengah kegaduhan politik yang tercipta selama pelaksaan Pilkada 2017, proses pelantikan Anies-Sandiaga Uno berlangsung mulus di Istana Kepresidenan pada 16 Oktober 2017.
Namun, belum genap setahun memimpin roda kepemimpinan di Ibu Kota, Anies kemudian harus ‘berjalan satu kaki’. Pasalnya, Sandiaga mengundurkan diri pada Agustus 2018 karena mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019.
Kemudian, posisi Sandiaga digantikan kader Partai Gerindra Ahmad Riza Patria yang resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta di Istana Negara pada 15 April 2020.
RIWAYAT PENDIDIKAN:
|
KARIER:
|
JABATAN LAIN:
|
PENGHARGAAN:
|
KONFERENSI:
|