Jakarta, 10 September 2025—Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris bangga Jakarta berhasil masuk jajaran 20 besar dunia dalam survei internasional Time Out mengenai transportasi umum, tepatnya di posisi ke-17 dari 50 kota. Peringkat ini menempatkan Jakarta di atas Kuala Lumpur dan Bangkok. Meski begitu, warga berharap kualitas layanan terus meningkat sehingga suatu saat bisa mengejar Singapura yang kini berada di peringkat ke-12.
“Capaian ini sebuah kebanggan dan membuktikan bahwa berbagai investasi, pembenahan serta konsistensi pembangunan transportasi publik di Jakarta selama dua dekade terakhir telah menunjukkan hasil nyata. Saya yakin ke depan, Jakarta bisa menyalip Singapura bahkan masuk posisi 10 besar dunia. Dengan strategi tepat, konsistensi kebijakan, serta dukungan publik yang kuat, Jakarta dapat melakukannya,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (10/9).
Senator Jakarta ini mengungkapkan, keberhasilan Hong Kong menduduki peringkat pertama dunia dalam survei transportasi publik, bisa menjadi salah satu rujukan Jakarta untuk terus membenahi sistem transportasi publik. Hong Kong, lanjut Fahira Idris menjadi tolok ukur global, berkat jaringan MTR (Mass Transit Railway) yang luas, efisien, dan nyaris tanpa keterlambatan. Selain itu, stasiun terhubung langsung dengan pusat bisnis dan hunian, dilengkapi fasilitas modern serta sistem pembayaran serbaguna yang membuat mobilitas praktis dan terjangkau.
Keberhasilan MTR ini juga diperkuat oleh model bisnis inovatif Rail + Property yang membuat operator transportasi mandiri secara finansial. Dengan tingkat penggunaan publik mencapai 98 persen, Hong Kong membuktikan bahwa transportasi umum dapat menjadi tulang punggung mobilitas kota sekaligus motor kualitas hidup warganya. Selain MTR, Hongkong juga memiliki sistem bus yang teratur dan feri.
Agar Jakarta mampu melampaui Singapura, menurut Fahira Idris setidaknya ada 7 strategi yang dapat dipertimbangkan. Pertama, percepatan integrasi antarmoda. Penting untuk memastikan perpindahan dari MRT, LRT, KRL, hingga Transjakarta dapat dilakukan tanpa hambatan, bahkan tanpa harus keluar area transit. Sistem pembayaran tunggal juga harus dikembangkan menjadi lebih komprehensif, bukan hanya untuk moda transportasi, tetapi juga parkir, ojek daring, hingga layanan harian lain, sebagaimana yang sudah berjalan di Singapura.
Kedua, pengembangan jaringan yang lebih luas. Prioritas perlu diberikan pada perluasan jalur MRT dan LRT hingga mencakup wilayah penyangga, seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor, agar semakin banyak warga dapat menjadikan transportasi publik sebagai pilihan utama. Idealnya, setiap permukiman memiliki akses transportasi umum dalam radius 200 meter, sesuai standar kota-kota global.
Ketiga, inovasi model bisnis ala Hong Kong. Jakarta dapat mengadopsi skema Rail + Property untuk memperkuat kemandirian finansial operator transportasi. Konsep Transit Oriented Development (TOD) perlu dipercepat dan diperluas agar stasiun-stasiun benar-benar menjadi simpul ekonomi sekaligus pusat mobilitas warga.
Keempat, peningkatan kenyamanan dan teknologi. Pengalaman penumpang harus terus ditingkatkan dengan menghadirkan Wi-Fi gratis di seluruh moda, ruang tunggu ber-AC, sistem informasi real-time, hingga fasilitas aman dan ramah bagi disabilitas maupun lansia.
Kelima, transparansi dan partisipasi publik. Data biaya operasional, subsidi, dan rencana pengembangan sistem transportasi umum secara berkala dibuka ke publik agar masyarakat dapat ikut mengawasi dan memberi masukan. Survei kepuasan publik secara rutin juga penting untuk memastikan kebijakan benar-benar menjawab kebutuhan warga.
Keenam, mendorong budaya transportasi publik. Edukasi agar penumpang tertib, menjaga kebersihan, dan menghargai sesama perlu digalakkan. Di saat yang sama, pembatasan kendaraan pribadi mesti dilaksanakan secara konsisten, melalui tarif parkir tinggi, hingga penerapan jalan berbayar elektronik (ERP).
Terakhir atau ketujuh, Jakarta, harus semakin mantap menapaki era transportasi ramah lingkungan. Penggunaan bus listrik, kereta berbasis hidrogen, serta energi terbarukan akan menjadi terobosan penting, tidak hanya untuk menekan polusi, tetapi juga memperkuat reputasi Jakarta sebagai kota modern yang berorientasi masa depan.
“Menyalip Singapura, masuk 10 besar dunia, bahkan menjadi tolok ukur Asia Tenggara dalam transportasi publik, layak menjadi target Jakarta ke depan,” pungkas Fahira Idris. #